Laman

Rabu, Februari 16, 2011

Indahnya Mengaji dengan anak jalanan


apa yang kita lakukan saat melihat anak jalanan...? mungkin yang terlintas di pikiran kita menjauhi anak jalanan tersebut karana pada dasarnya anak jalanan memiliki watak yang keras...lalu apa kita hanya diem saja sesungguhnya apabila kita berani untuk mencoba membina mereka insallah mereka pun menerima kita dengan lapang dada..awalnya memang sulit tapi jangan sampai kita menjadi putus asa..senantiasa kita selalu sabar dan pantang menyerah sehingga mereka pun menerima kita...hal ini pun yang dilakukan oleh temen-temen MADANI karena pada dasarnya temen-temen yang ada di MADANI peduli dengan nasib anak jalanan..alhamdulilah dengan kesabaran dan pertolongan dari Allah anak-anak jalanan yang berada di rumah singgah ahmad dahlan menerima kehadiran kita disana..anak-anak jalanan kita ajari mengaji awalnya merek menolak tapi dengan adanya sebuah paksaan dari pengelolah rumah singgah mau gak mau mereka menerimanya..kami pun mencari cara agar supaya mereka bisa menikmati mengaji akhirnya kami membuat sbuah metode mengaji ala anak-anak madani yaitu dengan mendekati secara personal atau kita sebut man to man...ternyata cara itu berhasil kita menganggap diri kita bukanlah sebagai guru tapi menjadi kk mereka atau pun shabat mereka sehingga mereka pun menerimanya dengan lapang dada..suasana pengajian kita buat suasana yang menyenangkan tidak membosankan..kadang-kadang kita makan bersama..nonton film bersama..tapi film yang mendidik tentunya

Senin, Januari 03, 2011

MADANI UGM: Education Park for Children Street

MADANI UGM: Education Park for Children Street

Education Park for Children Street

Kondisi anak-anak jalanan yang kian terpuruk hanya teramati dari tampilan fisiknya saja. Padahal di balik tampilan fisik itu ada kondisi yang memprihatinkan, bahkan kadang-kadang lebih. Kondisi ini disebabkan oleh krisis di Indonesia yaitu krisis ekonomi, hukum, moral, dan berbagai krisis lainnya.
Konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB (Convention on the Rights of the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres nomor 36 tahun 1990, menyatakan, bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-anak, maka mereka memerlukan perhatian dan perlindungan. Berkaitan dengan anak jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga pekerjaan berat dan ekonomi lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan kehilangan kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuat mereka berperilaku negatif.
Perdebatan eksistensi anak jalanan khususnya di Yogyakarta memunculkan beragam argumentasi yang unik, kadang ironis, pesimistis maupun kurang optimistis. Terlebih di tengah liberalisasi dan globalisasi dunia. Data menurut YKAI di tahun 1997, jumlah anak jalanan di seluruh Indonesia tercatat sekitar 50.000 anak, namun Kompas mencatat peningkatan drastis tahun 1998 jumlahnya telah menjadi 172.000 anak. Tahun 2003 Lembaga Pengkajian Politik dan Sosial mencatat 325.000 jumlah anjal. Mereka umumnya berasal dari kelompok masyarakat ekonomi lemah, dengan tingkat pendidikan rendah (putus sekolah) dan tidak memiliki ketrampilan bekerja. Alasan mereka turun ke jalan untuk mencari nafkah baik untuk diri sendiri maupun keluarganya.
Sekurangnya ada tiga perbincangan mengenai eksistensi anak jalanan, Pertama, munculnya pemikiran untuk “menggaruk”, menertibkan atau memPerdakan pelarangan di jalan. Kedua, pendapat yang berpandangan rumah singgah adalah tempat pelayanan/pendampingan anak jalanan yang paling representatif dan manusiawi, dengan adanya lembaga ini bisa menjadi program kemitraan pemerintah dengan pihak swasta, untuk tidak mencari penghasilan di jalanan. Ketiga, anak jalanan diberi hak mencari penghasilan di jalanan.
Dari survey yang telah dilakukan pada salah satu Rumah Singgah yang ada di Yogyakarta yaitu RSAD (Rumah Singgah Ahmad Dahlan) yang terletak di TIMOHO di sana terdapat 20 orang anak jalanan rata-rata umur mereka sekitar 12-20 tahun, menurut pengasuh RSAD peran dari Rumah Singgah itu sendiri belum lah optimal karena hanya berfungsi sebagai tempat tinggal saja, sedangkan mereka tetap pergi mencari penghasilan di jalanan, baik ngemen, minta-minta atau lainnya sedangkan dari segi pembinaan mereka hanya dibina ketika ada lembaga yang peduli dengan anak-anak jalanan, itu pun sifatnya hanya sementara tidak kontinyu sekitar satu tahun sekali. Dengan adanya program ini, konsep “EDUCATION PARK FOR CHILDREN STREET” bagi anak-anak jalanan yang ada di Rumah Singgah akan termotivasi untuk merubah hidupnya lebih baik, anak-anak jalanan diberi pendidikan praktis yang berbeda dari anak-anak umunya, karena pada dasarnya anak-anak jalanan juga ingin memperoleh pendidikan seperti pada anak-anak umumnya hanya saja mereka tidak memiliki dana yang cukup serta pemikiran mereka yang sempit akan pendidikan.